Profil Desa Slaranglor
Ketahui informasi secara rinci Desa Slaranglor mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Mengenal Desa Slaranglor, Dukuhwaru, Tegal. Pusat ekonomi berbasis pertanian dan industri rumah tangga dengan topangan infrastruktur yang terus berkembang. Simak profil lengkapnya.
-
Sentra Ekonomi Ganda
Perekonomian desa ditopang oleh dua sektor utama, yaitu pertanian lahan basah yang subur dan industri pembuatan batu bata merah yang telah berjalan turun-temurun
-
Lokasi Strategis
Terletak di Kecamatan Dukuhwaru, desa ini memiliki aksesibilitas yang baik ke pusat pemerintahan dan ekonomi Kabupaten Tegal, mendukung distribusi hasil industri dan pertanian
-
Pemerintahan Aktif dan Pembangunan Merata
Adanya program pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan seperti pengaspalan dan drainase menandakan pemerintahan desa yang aktif dalam memanfaatkan alokasi dana untuk kemajuan wilayah
Desa Slaranglor, yang berlokasi di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan sebuah wilayah yang menampilkan dinamika sosial ekonomi yang unik. Desa ini menjadi contoh bagaimana sektor pertanian tradisional dan industri rumah tangga dapat berjalan beriringan sebagai tulang punggung utama kehidupan masyarakat. Dengan dukungan infrastruktur yang terus dibenahi dan kelembagaan desa yang aktif, Slaranglor memposisikan diri sebagai salah satu desa berkembang yang memiliki potensi besar di kawasan barat Kabupaten Tegal.
Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek Desa Slaranglor, mulai dari kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, hingga tata kelola pemerintahan dan tantangan yang dihadapinya. Seluruh data yang disajikan bersumber dari informasi publik terverifikasi untuk memberikan gambaran yang objektif dan komprehensif.
Lokasi Geografis dan Wilayah Administratif
Secara geografis, Desa Slaranglor terletak pada koordinat 6°59′39″ Lintang Selatan dan 109°5′10″ Bujur Timur. Posisinya yang berada di Kecamatan Dukuhwaru menjadikannya sebagai salah satu dari sepuluh desa di kecamatan tersebut. Keberadaannya cukup strategis karena diapit oleh wilayah-wilayah yang juga memiliki peran penting di sekitarnya.
Berdasarkan data dari portal resmi Kecamatan Dukuhwaru, Desa Slaranglor memiliki luas wilayah sekitar 3,54 km². Wilayah ini didominasi oleh lahan sawah yang membentang luas, menunjukkan betapa vitalnya sektor pertanian bagi desa ini.
Adapun batas-batas wilayah administratif Desa Slaranglor ialah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah desa lain di dalam Kecamatan Dukuhwaru dan Kecamatan Adiwerna.
Sebelah Timur: Berbatasan langsung dengan Kecamatan Slawi, yang merupakan ibu kota Kabupaten Tegal, memberikan akses yang mudah ke pusat pemerintahan dan layanan publik.
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan desa lainnya di Kecamatan Dukuhwaru, seperti Desa Gumayun.
Sebelah Barat: Berbatasan dengan desa-desa tetangga yang turut memperkuat interaksi sosial dan ekonomi antarwilayah.
Aksesibilitas desa ini terbilang baik, terhubung dengan jalan-jalan utama kecamatan yang memungkinkan mobilitas penduduk dan barang berjalan lancar, baik menuju pusat kota Slawi maupun ke wilayah lain di Kabupaten Tegal.
Demografi dan Kependudukan
Data kependudukan merupakan cerminan dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu wilayah. Meskipun data spesifik per tahun 2024 untuk Desa Slaranglor memerlukan konfirmasi langsung dari pemerintah desa, data dari Kampung KB BKKBN dan BPS Kecamatan Dukuhwaru dalam beberapa tahun terakhir dapat memberikan gambaran yang representatif.
Pada salah satu area percontohan (RW 05) yang dijadikan Kampung KB pada tahun 2018, tercatat jumlah penduduk sebanyak 945 jiwa yang tergabung dalam 249 Kepala Keluarga (KK). Jika diekstrapolasi untuk keseluruhan desa, jumlah penduduk Desa Slaranglor secara total diperkirakan mencapai beberapa ribu jiwa. Data statistik Kecamatan Dukuhwaru secara umum menunjukkan komposisi penduduk yang didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun), sebuah modal demografis yang penting untuk pembangunan.
Dengan luas wilayah 3,54 km², kepadatan penduduk Desa Slaranglor dapat dihitung untuk memberikan gambaran sebaran populasi. Kepadatan ini cenderung terpusat di area permukiman, sementara area persawahan menjadi ruang terbuka yang luas. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, yang tercermin dari banyaknya kegiatan keagamaan dan lembaga seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang aktif di tingkat ranting desa.
Struktur sosial masyarakatnya masih sangat komunal dan agraris. Ikatan kekeluargaan dan gotong royong menjadi fondasi utama dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosial maupun ekonomi.
Perekonomian Desa: Tulang Punggung Industri dan Pertanian
Perekonomian Desa Slaranglor berdiri di atas dua pilar utama yang saling melengkapi: sektor pertanian dan industri rumah tangga, khususnya pembuatan batu bata merah. Kedua sektor ini menyerap sebagian besar tenaga kerja lokal dan menjadi motor penggerak ekonomi desa.
Sektor pertanian, terutama padi, menjadi andalan utama. Lahan sawah yang subur dengan dukungan sistem irigasi memungkinkan para petani untuk melakukan panen secara teratur. Berdasarkan laporan kegiatan zakat mal oleh NU Ranting Slaranglor pada tahun 2012, mayoritas warga desa berprofesi sebagai petani. Hal ini menandakan bahwa pertanian bukan hanya aktivitas ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas sosial masyarakat. Hasil panen padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan subsisten, tetapi juga menjadi komoditas yang dijual ke pasar-pasar di wilayah Tegal. Selain padi, petani juga menanam tanaman palawija sebagai bagian dari rotasi tanam untuk menjaga kesuburan tanah.
Di sisi lain, industri pembuatan batu bata merah menjadi sumber pendapatan alternatif yang signifikan. Aktivitas ini umumnya dilakukan secara tradisional dan turun-temurun. Ketersediaan bahan baku tanah liat yang melimpah di sebagian wilayah desa mendukung keberlangsungan industri ini. Para perajin batu bata, yang bekerja secara perorangan maupun dalam kelompok kecil, memproduksi batu bata untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan regional. Industri ini, meskipun berskala rumah tangga, memiliki peran krusial dalam menyediakan lapangan kerja, terutama bagi warga yang tidak memiliki lahan pertanian.
Selain kedua sektor utama tersebut, denyut ekonomi desa juga didukung oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lainnya. Warung kelontong, pedagang kecil, penyedia jasa, dan usaha peternakan skala kecil turut meramaikan lanskap ekonomi Desa Slaranglor, menciptakan sirkulasi ekonomi yang lebih dinamis di tingkat lokal.
Pemerintahan dan Kelembagaan Desa
Tata kelola pemerintahan di Desa Slaranglor berjalan secara terstruktur di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tegal tahun 2023, Kepala Desa Slaranglor dijabat oleh Heri Priyanto, dengan Agustanto sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Pemerintah Desa Slaranglor secara aktif menjalankan program-program pembangunan yang didanai dari berbagai sumber, termasuk Dana Desa (DD). Pada tahun 2023, dilaporkan bahwa pemerintah desa tengah gencar melaksanakan proyek pembangunan fisik yang meliputi pengaspalan jalan, pembangunan drainase, dan pavingisasi di beberapa titik Rukun Warga (RW). Alokasi dana tahap pertama untuk proyek-proyek ini mencapai sekitar 265 juta rupiah, menunjukkan komitmen pemerintah desa dalam meningkatkan kualitas infrastruktur untuk menunjang aktivitas dan kenyamanan warga.
Kehadiran lembaga kemasyarakatan desa seperti BPD, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), dan Karang Taruna turut memperkuat partisipasi publik dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan. Organisasi keagamaan seperti NU juga memainkan peran sosial yang penting, salah satunya melalui pengelolaan zakat untuk membantu warga kurang mampu, yang menunjukkan adanya modal sosial yang kuat di tengah masyarakat.
Infrastruktur dan Fasilitas Publik
Ketersediaan infrastruktur dasar dan fasilitas publik menjadi indikator penting kualitas hidup masyarakat. Di Desa Slaranglor, berbagai fasilitas telah tersedia untuk melayani kebutuhan warganya.
Di sektor pendidikan, terdapat beberapa lembaga pendidikan dasar, di antaranya SD Negeri Slaranglor 01 yang beralamat di Jalan Nakula I No. 36 dan SD Negeri Slaranglor 02 di Jalan Yudhistira No. 65. Keberadaan sekolah-sekolah ini memastikan akses pendidikan dasar yang mudah dijangkau oleh anak-anak desa. Selain itu, terdapat pula layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menjadi fondasi awal pendidikan bagi balita.
Untuk layanan kesehatan, masyarakat dapat mengakses Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif mengadakan kegiatan rutin untuk memantau kesehatan ibu dan anak. Program Kampung KB yang pernah dicanangkan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
Infrastruktur jalan desa terus mendapatkan perhatian melalui program pengaspalan dan pavingisasi. Jaringan listrik dan akses air bersih juga telah menjangkau sebagian besar permukiman warga. Sarana ibadah seperti masjid dan musala tersebar di berbagai penjuru desa, berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan.
Potensi dan Tantangan Pembangunan
Sebagai desa yang terus bergerak maju, Slaranglor memiliki serangkaian potensi yang dapat dioptimalkan serta tantangan yang perlu diatasi.
Potensi:
Sumber Daya Alam: Lahan pertanian yang subur dan ketersediaan bahan baku untuk industri batu bata merupakan aset utama yang jika dikelola dengan teknologi dan manajemen modern dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan.
Sumber Daya Manusia: Adanya etos kerja yang tinggi di kalangan petani dan perajin serta populasi usia produktif yang besar menjadi modal dasar untuk menggerakkan pembangunan.
Lokasi Strategis: Kedekatan dengan ibu kota kabupaten (Slawi) membuka peluang pasar yang lebih luas untuk produk-produk desa, baik hasil pertanian maupun industri.
Tantangan:
Modernisasi Pertanian: Regenerasi petani menjadi isu krusial. Diperlukan upaya untuk menarik minat generasi muda agar mau terjun ke sektor pertanian melalui pengenalan teknologi pertanian modern dan agribisnis.
Daya Saing Industri: Industri batu bata merah menghadapi persaingan dengan bahan bangunan modern seperti bata ringan. Diperlukan inovasi, baik dari segi kualitas produk maupun efisiensi produksi, agar tetap kompetitif.
Peningkatan Kapasitas SDM: Peningkatan keterampilan dan pengetahuan, baik dalam bidang pertanian, industri, maupun kewirausahaan, menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah produk dan pendapatan masyarakat.
